Dalam kesenian Ānanda

Antara 1856 dan 1858, Richard Wagner menulis sebuah rancangan untuk sebuah opera libretto yang berdasarkan pada legenda tentang Ānanda dan gadis kasta rendah Prakṛti. Ia hanya meninggalkan sketsa prosa fragmenter dari sebuah karya yang berjudul Die Sieger, namun topiknya menginspirasi opera buatannya pada masa berikutnya Parsifal.[201] Selain itu, rancangan tersebut dipakai oleh komponis Jonathan Harvey dalam opera tahun 2007 Wagner Dream.[202][203] Dalam versi Wagner dari legenda tersebut, yang berdasarkan pada terjemahan orientalis Eugène Burnouf, mantra sihir ibu Prakṛti tak mempan terhadap Ānanda, dan Prakṛti berbalik ke sang Buddha untuk menjelaskan keinginannya untuk Ānanda. Sang Buddha menjawab bahwa Prakṛti dan Ānanda mungkin dapat dipersatukan, namun Prakṛti harus memaklumi kondisi-kondisi sang Buddha. Prakṛti sepakat, dan menyatakan bahwa sang Buddha menyatakan hal lain soal yang ia lakukan: ia membujuk Prakṛti untuk ditahbiskan bhikkhunī, dan menjalani hidup selibat sebagai saudari Ānanda. Mula-mula, Prakṛti meneteskan air mata, namun setelah sang Buddha menjelaskan bahwa keadaannya saat ini adalah akibat dari karma dari kehidupan sebelumnya, ia mengerti dan memasuki kehidupan bhikkhunī.[204] Selain tema-tema spiritual, Wagner juga menyatakan kesalahan-kesalahan dari sistem kasta dengan menyatakan bahwa sang Buddha mengkritiknya.[201]

Digambarkan dari filsafat Schopenhauer, Wagner mengkontraskan keselamatan yang digerakkan oleh keinginan dan keselamatan spiritual sebenarnya: dengan memberikan penyampaian melalui orang yang ia kasihi, Prakṛti hanya menyoroti kehendak hidup-nya (Bahasa Jerman: Wille zum Leben), yang menghalanginya untuk mencapai pelepasan. Dengan ditahbiskan menjadi bhikkhunī, ia meraih keselamatan spiritual. Sehingga, catatan Buddha awal dari penahbisan Mahāpajāpati digantikan dengan Prakṛti. Menurut Wagner, dengan mengizinkan Prakṛti untuk ditahbiskan, sang Buddha juga merampungkan tujuan hidupnya sendiri dalam kehidupan: "Ia menghargai pengalamannya di dunia, dengan tujuan membahagiakan semua makhluk, saat rampung, karena ia dapat menawarkan pelepasan—tanpa mediasi—juga kepada wanita."[205]

Legenda yang sama soal Ānanda dan Prakṛti dibuat dalam sandiwara prosa pendek karya penyair India Rabindranath Tagore, berjudul Chandalika. Chandalika berkisah soal tema-tema konflik spiritual, kasta dan kesetaraan sosial, dan mengandung kritikan pedas terhadap masyarakat India. Seperti dalam catatan tradisional, Prakṛti jatuh cinta dengan Ānanda, setelah ia memberikannya pengendalian diri dengan menerima wejangan air darinya. Ibu Prakṛti memakai mantra sihir untuk memikat Ānanda. Namun, dalam sandiwara Tagore, Prakṛti kemudian lupa soal apa yang ia lakukan dan mantra tersebut ditarik.[206][207]

Rujukan

WikiPedia: Ānanda http://www.daophatngaynay.com/vn/files/file-nen/Pr... http://1.droppdf.com/files/UTrS6/encyclopedia-of-r... http://www.khamkoo.com/uploads/9/0/0/4/9004485/bud... http://www.khamkoo.com/uploads/9/0/0/4/9004485/the... http://dialoguethejournal.mripub.com/index.php/dai... http://www.palikanon.com/english/pali_names/aa/aan... http://www.palikanon.com/english/pali_names/dic_id... http://www.palikanon.com/english/pali_names/n/naal... http://blogs.dickinson.edu/buddhistethics/files/20... http://echo-lab.ddo.jp/Libraries/%E3%82%A4%E3%83%B...